MENCARI FORMAT
Laboratorium Sosial dan Pengalaman Berteologi
Dr. Cornelis Adolf Alyona, M.Th
Kampus, Kamal, Jemaat, Kampus?
Kampus, Jemaat, Kamal, Kampus?
Kampus, Kamal, Jemaat, Kamal, Kampus?
B |
ertahun-tahun LSPB Kamal dilaksanakan dengan format: Kampus, Kamal, Jemaat, Kampus. Format ini telah dievaluasi pada tahun 2010. Alhasil, format tersebut diganti untuk mencoba format baru. Itu sebabnya mulai LSPB Angkatan Maret 2010 digunakan: Kampus, Jemaat, Kamal, kembali ke Kampus.
Sebelum format ini diutarakan, lebih awal dikemukakan muatan konsep LSPB yang meliputi Konsep Dasar dan Konsep Khusus. Konsep Dasar berisi gambaran tentang aspek historis, teologis, dan spiritualitas. Konsep Khusus merupakan implementasi dari Konsep Dasar yang dijabarkan pada aras praksis dengan memperhitungkan betul konteks klasis dan jemaat yang hendak didatangi oleh mahasiswa LSPB dalam rangka belajar.
KONSEP DASAR
1. Latar Belakang Historis
Pada tahun 1978, ketika Fakultas Filsafat UKIM masih menyandang nama Sekolah Tinggi Theologi GPM (STT GPM) pernah menjalin kerja sama dengan Gereja Lutheran (Lutheran Church) yang pada waktu itu urusan korespondensi dijabat oleh Bapak J.J. Tomasoa yang berkedudukan di Batu-Malang Jawa Timur. Melalui beliau, pengurus Lutheran Church datang ke Ambon dan diupayakan suatu pelatihan pedesaan untuk mahasiswa STT GPM di kampus Tanah Lapang Kecil. Program itu sempat terhenti, tidak lama setelah pelatihan itu dilaksanakan. Diduga kemacetan itu dikarenakan sasaran pelatihan tidak selaras dengan kebutuhan nyata STT GPM pada satu sisi, dan karena tidak didahului dengan penjejakan atau penelitian awal yang matang di sisi lain.
Pada tahun 1979, Almarhum Pendeta W. Davidz, M.Th kembali ke Ambon setelah menjalani tugas belajar di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta pada tahun 1978. Dengan sepengetahuan Rektor STT GPM, beliau dipercayakan melakukan korespondensi dan percakapan dengan Drs. W. Lalisang, Direktur Dharma Cipta DGI, mengenai kemungkinan pengadaan program pelatihan seperti sebelumnya. Pimpinan Darma Cipta DGI berespons positif dan mencari lembaga sponsor di Luar Negeri. Brod für die Welt (BFdW) Jerman bersedia memberikan dana dengan permintaan supaya STT GPM menetapkan seorang fasilitator yang dapat menjamin pengucuran dana untuk tindak lanjutnya. Almarhum Pendeta W. Davidz, M.Th ditetapkan sebagai fasilitator, sekaligus penanggung jawab untuk merealisasikan dana tersebut.
Setahun kemudian (1980), BFdW mengucurkan dana yang kemudian dimanfaatkan untuk membangun “kampus” di atas tanah seluas 2 Ha di desa Kamal, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Maluku Tengah. Maka dibangunlah empat walang, ruang praktikum, ruang makan dan dapur, ruang pembina, aula, sumur, WC. Selain itu dibangun pula barak-barak berdinding papan beratap rumbia, tapalang (tempat tidur) papan. Di areal tanah yang tersisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Selain itu disediakan pula sebuah sampan untuk kegiatan adaptasi maritim.
Setelah fasilitas dasar rampung, pada September 1981 “kampus” di Kamal diresmikan dengan nama Laboratorium Sosial Pedesaan (LSP), dilanjutkan dengan penanaman beberapa bibit kelapa. Direktur Dharma Cipta DGI hadir di Kamal, disaksikan juga oleh Wakil Ketua Badan Pekerja Harian Sinode GPM, Almarhum Pendeta F.C. Lewier, M.Th, para dosen dan karyawan STT GPM.
Di sinilah tempat dan kesempatan bagi Almarhum Pendeta W. Davidz, M.Th. menuangkan gagasannya dalam LSP yang lahir dari pergumulannya terhadap Gereja Protestan Maluku selama di STT Jakarta lewat tulisan ilmiah (tesis) berjudul: “Pembangunan Jemaat di Desa dalam Konteks Tani dan Nelayan di Maluku Tengah, The South East Asia Graduate School of Theology, Jakarta: STT Jakarta, 1978. Gagasannya dicurahkan kembali dalam pidato ilmiah pada Lustrum III STT-GPM 1 September 1980 di bawah judul: “Sikap Jemaah pada Konteks Pedesaan” sebagaimana tampak pada cuplikan berikut:
“…konteks yang mengitari jemaah (lokal) di pedesaan itu bercorak luas, dan majemuk. Namun tidaklah perlu dipertentangkan satu dengan yang lainnya, oleh sebab yang satu berkaitan dengan yang lain, dalam kerangka kesatuan bangsa kita…. konteks tsb mengandung nilai-nilai: (a) persekutuan hidup tradisional, yang diwarnai oleh adat-istiadat dan nilai-nilai budaya lokal, (b) pertanian-kelautan (agraris-maritim) yang mengakibatkan kurangnya pembagian kerja berdasarkan kategori seks dan usia, dan adanya ciri kebauran peranan (tak ada kekhususan ketrampilan), (c) keperubahanan. Sikap hidup jemaah sudah inherent di dalamnya oleh karena sedikit-banyaknya dipengaruhi oleh sistem nilai, daya adaptasi, dan daya interpretasi yang berbeda-beda menurut karakter situasi tiap tempat. Pengaruh itu didapat dari proses belajar (Koentjaraningrat, 1979:151-154).
“Teologi Praktika an sich sesuai bidang dan skop[scope]-nya bergumul di sekitar persoalan: bagaimana Firman Allah dapat dilayani dengan kata-kata manusiawi. Gumulan itu menyiratkan problim komunikasi Injil dari segi bahasa, kata-kata, maupun simbol-simbol. Juga pemahaman tentang: azas-azas struktural dalam masyarakat, dan faktor-faktor latar budaya dari tingkah laku (dan sikap) manusia (Kana, 1980). Refleksi, dan transformasi tidak mungkin terjadi dari dalam kelas, dan/atau perpustakaan! …. Dalam kerangka pikiran-pikiran tersebut di atas, maka PJKP (Pembangunan Jemaah di dalam Konteks Pedesaan)…, diharapkan akan merupakan hasil dari semacam “perkawinan silang” di antara: nilai-nilai dari HG (Hukum Gereja), percakapan-percakapan oikumenis, kesaksian-kesaksian Alkitab, realita jemaah pedesaan, bentuk-bentuk pelayanan jemaah pedesaan, dan gejala-gejala dalam realitas kemasyarakatan di pedesaan itu sendiri. Akan merupakan hasil dari kerjasama utuh dan terpadu di antara disiplin ilmu teologi dengan disiplin ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, dan psikologi…. tetapi penyelidikan kritis saja belumlah cukup, juga penyelidikan divinatoris dibutuhkan. Antara lain untuk maksud inilah kerjasama integral itu menjadi kebutuhan. Dan tujuannya semakin gamblang, yakni agar pengertian akaliah dapat didefinisikan dengan pengertian tanggungjawab sedemikian rupa sehingga akal manusia memperoleh dasar moral-etis yang kuat “ (cf. Daldjoeni, 1974:147-162).
Setelah LSP diresmikan, dimulailah pelatihan-pelatihan untuk mahasiswa semester terakhir dan para penginjil dari jemaat-jemaat se-GPM. Dana awal yang berasal dari Jerman digunakan untuk maksud tersebut. Begitu pula dari tahun ke tahun Pemda Maluku Tingkat I memberi bantuan dana kepada LSP melalui upaya dua dosen yang pada waktu itu menjadi anggota DPR Tingkat I Maluku: Drs. Y. Patty dan Pdt. J.M. Pattiasina, M.Th. Namun sangat disayangkan dana bantuan Pemda itu pernah direduksi oleh pimpinan UKIM.
Dalam perkembangan, LSP berganti nama menjadi Laboratorium Sosial dan Pengalaman Berteologi (LSPB). LSPB sebagai bagian integral dari Fakultas Filsafat UKIM diarahkan untuk merespons tuntutan konteks masyarakat dan gereja pulau-pulau sebagai wilayah dan konteks pelayanan GPM. Kesiapan, kualifikasi khusus dan SDM pelayan disiapkan secara tersistem untuk menjawab konteks pelayanan. Begitu kuatnya manfaat LSPB sehingga kegiatan orientasi dan pengenalan dunia perguruan tinggi mulai melibatkan mahasiswa baru Fakultas Filsafat UKIM Tahun 2009 dengan tetap mengacu pada visi, misi, dasar, tujuan dan sasaran Fakultas Teologi UKIM.
2. Visi, Misi, Dasar, Tujuan dan Sasaran Fakultas Teolgi UKIM
Visi
Menjadi fakultas yang unggul mengembangkan teologi kontekstual, oikumenis dan pluralis dalam gereja dan masyarakat berbasis kepulauan.
Misi
- Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran teologi kontekstual, oikumenis dan pluralis berbasis kepulauan.
- Menyelenggarakan penelitian teologi dalam gereja dan masyarakat majemuk berbasis kepulauan.
- Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat di bidang teologi dalam konteks gereja dan masyarakat kepulauan.
Dasar
- Pekerjaan pelayanan bagi pembangunan “tubuh Kristus”
- Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, Pengabdian Masyarakat)
- Academic formation, spiritual formation, praktical formation
Tujuan
- Menghasilkan Sarjana Teologi dan Sarjana Pendidikan Agama Kristen sebagai agen perubahan yang kritis dan kreatif serta memiliki kematangan etik-moral dan spiritual dalam gereja dan masyarakat berbasis kepulauan.
- Mempersiapkan tenaga kependetaan dan tenaga guru agama Kristen yang berwawasan kontekstual, oikumenis dan pluralis dalam melayani gereja dan masyarakat berbasis kepulauan.
Sasaran
- Menciptakan manusia yang memiliki kemampuan menguasai ilmu teologi dan menerapkannya dalam masyarakat.
- Mengembangkan teologi yang relevan dan berdaya guna demi meningkatkan mutu hidup.
Sejak 2 Februari 2010, YAPERTI GPM menerbitkan Surat Keputusan Nomor 11/YAPERTI.PG-K/SK/II/2010 yang menetapkan bahwa nama Fakultas Filsafat (lama) menjadi Fakultas Teologi (baru), serta Penyesuaian nama Program Studi Teologi Kristen Protestan (lama), menjadi Program Studi Ilmu Teologi (baru). Seiring perubahan nama, Fakultas Teologi UKIM terus membangun hubungan kritis dan kreatif antara ilmu teologi dengan realitas bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Teologi sebagai ilmu dan sebagai fungsi pelayanan gereja dituntut bermutu, kontekstual, integratif dan relevan.
Dalam konteks masyarakat plural yang terus berubah pesat, diperlukan sebuah pendekatan yang tepat. Apakah sumber kristiani seperti Alkitab hanya digunakan untuk gereja? Apakah imu-ilmu sekuler yang digunakan gereja digunakan pula untuk masyarakat? Apakah sumber kristiani atau teologi digunakan gereja untuk masyarakat? Apakah ilmu-ilmu sekuler yang digunakan gereja untuk gereja? Atau korelasi, pertalian antara iman kristiani dan ilmu-ilmu sekuler yang digunakan gereja untuk gereja? merupakan pertanyaan yang menggelitik dalam rangka pencarian. Dalam hal ini pendekatan lintas ilmu atau multidimensional yang integratif sangat dibutuhkan. Korelasi antara iman kristiani atau teologi dengan ilmu-ilmu sekuler untuk gereja dan masyarakat menjadi urgen dan relevan. Maka “Lembaga Sosial” pada satu sisi, dan “Pengalaman Berteologi” di sisi lain mendapat porsi masing-masing, namun terintegrasi.
Dengan demikian maka LSPB Kamal merupakan sebagian kecil dari seluruh proses pendidikan dan pembelajaran yang terjadi di kampus UKIM Ambon. LSPB memainkan peran strategis sebagai “laboratorium” untuk berteologi secara kontekstual karena konteks sangat diperhitungkan. Karenanya teologi tidak dimaknakan sebatas teori atau sistem ajaran yang diajarkan dan dipelajari dalam suatu universitas Kristen atau seminari teologi, namun terlebih diartikan secara luas. Teologi merupakan doktrin, sekaligus pengalaman, ibadah, perilaku, moral, pemikiran, dan karya. Dalam arti demikian teologi dilihat sebagai fenomena yang dicapai melalui pendidikan teologi, tetapi juga melalui pengalaman dalam interelasi Allah – manusia. Itu berarti sebagai Laboratorium, ilmu-ilmu sekuler dibutuhkan dalam rangka mencermati realitas konteks.
Pengalaman Berteologi di sisi lain mengharuskan konsep-konsep teologi dihubungkan dengan konsep-konsep yang ada dalam rangka berefleksi sekaligus pendekatan teologis mewarnai proses belajar mahasiswa yang berada pada tahap akhir studi. LSPB Kamal menjadi laboratorium tempat mahasiswa dibina lagi dan dilatih agar dapat berteologi sebagai proses aksi-refleksi-aksi yang transformatif secara berkesinambungan dalam realitas pelayanan gereja dan masyarakat yang terus berubah dan berkembang.
Laboratorium “Sosial” dan Pengalaman Berteologi merupakan bagian integral dari Fakultas Teologi UKIM dalam proses belajar-mengajar antara dosen dan mahasiswa tahap akhir. Dari sini disusun visi, misi dan tujuan LSPB Kamal sebagai berikut:
Visi
Menjadi Laboratorium Sosial dan Pengalaman Berteologi yang unggul berlatih teologi kontekstual, oikumenis dan pluralis dalam gereja dan masyarakat berbasis kepulauan.
Misi
- Melatih kepekaan dan keterampilan dalam hubungan dialogis antara pendidikan dan pengajaran teologi kontekstual, oikumenis dan pluralis berbasis kepulauan.
- Melatih kepekaan dan keterampilan dalam hubungan dialogis penelitian teologi dalam gereja dan masyarakat majemuk berbasis kepulauan
- Melatih kepekaan dan keterampilan dalam hubungan dialogis pengabdian kepada masyarakat di bidang teologi dalam konteks gereja dan masyarakat kepulauan.
Tujuan UmumMembentuk calon pelayan di lingkungan gereja dan masyarakat yang memiliki sosok dan kompetensi sebagai berikut:
Sosok Kompetensi
- Hamba - Rendah hati/rela berkorban/otoritas
- Pastor - Pastoralia
- Pemberdaya - Edukator
- Manager - Managerial
- Komunikator - Komunikatif
- Inovator - Inovatif
- Transformator - Transformatif
- Pemerhati (solidaritas) - Peka dan tanggap
- Pengayom - Perlindungan
- Mengenal konteks panggilan dan pengutusan gereja di lingkungan GPM, khususnya jemaat-jemaat di Klasis GPM.
- Memahami dan menghayati panggilan dan pengutusan dari perspektif biblis.
- Memahami dan menghayati panggilan pengutusan sesuai ajaran gereja.
- Menganalisa masalah-masalah dalam pelayanan gereja dan masyarakat majemuk.
- Berefleksi teologi dan membuat aksi transformatif.
- Memupuk penghayatan hidup tentang pengutusan secara batiniah.
- Memupuk sikap hidup berbagi rasa dan kasih dengan orang lain.
- Memupuk kebersamaan dalam kepelbagaian.
- Meningkatkan sikap hidup bertanggungjawab.
- Mempertebal rasa percaya diri.
- Membentuk sikap hidup sebagai calon pelayan dalam gereja dan masyarakat.
4. Pedoman/Pembekalan
Pedoman praktik atau Petunjuk Pelaksanaan hidup berteologi disusun oleh Tim LSPB sebagai pegangan bagi mahasiswa, Tim, dosen dan mentor lapangan selama LSPB berlangsung di jemaat-jemaat mitra. Praktik berteologi tersebut meliputi beberapa kegiatan yang saling berhubungan:
Sebelum praktik berteologi di jemaat-jemaat mitra, mahasiswa dibekali dengan seperangkat pengetahuan dan santun kristiani di samping teori, metode, dan penelitian sesuai konteks di mana mahasiswa ditempatkan. Semisal Gambaran Umum Jemaat dan Klasis GPM yang akan didatangi, Pengelolaan Sumberdaya Lokal dengan Cara Memahami Konsep Etnoekologi dalam Mengelola Alam dan Lingkungan, Kontribusi Teologi dalam Pembangunan Jemaat di Klasis GPM….
Diharapkan mahasiswa dapati dibekali dengan baik, dan mengenal problematika umum seputar Tansportasi Komunikasi, Sumber Daya Manusia (SDM), Keuangan, Pendidikan, Kesehatan, Minuman Keras, Kesadaran Beribadah, Adat-istiadat. Semua bahan yang dikumpulkan dari hasil penelitian kelak dijadikan materi pembelajaran selama mahasiswa kembali dan berproses di kampus LSPB Kamal.
4.2 Praksis Hidup Berteologi di Jemaat Mitra
Tujuan dari praksis hidup berteologi di jemaat mitra agar mahasiswa dapat mengaplikasi berbagai gagasan ilmu yang diperoleh selama kuliah (serta gagasan praktis yang didapati pada masa pembekalan). Selain itu, mahasiswa tinggal dan hidup bersama jemaat mitra agar menimba pengalaman hidup berjemaat dan bermasyarakat melalui pendekatan partisipatoris. Praktik berteologi pada semester ini dilaksanakan di jemaat mitra, dikoordinasikan dengan Badan Pekerja Klasis GPM dan majelis jemaat setempat. Tim LSPB juga bertugas sebagai evaluator dan mantor untuk memonitoring dan membimbing mahasiswa selama melaksanakan aktivitas di jemaat mitra.
Selama prkatik di jemaat mitra, mahasiswa berpedoman pada kerangka acuan atau instrumen yang ditetapkan. Salah satu di antara banyak aspek yang harus disiapkan usai aktivitas adalah laporan untuk dijadikan bahan pembelajaran dan seminar.
4.3 Praksis Hidup Berteologi di Kamal
Sekembali mahasiswa dari jemaat mitra, mereka langsung beradaptasi dengan lingkungan LSPB Kamal dengan cara konsolidasi, aktualisasi diri dan pembinaan yang relevan dan sistematis dalam bentuk dan isinya yang utuh dan terjadwal. Bentuk dan muatan pembinaan selama di Kamal dilengkapi dengan seperangkat ilmu dan materi hasil penelitian yang diperoleh dari jemaat-jemaat mitra sebagai media pembelajaran.
Pola Pembinaan antara lain: membersihkan lingkungan kampus; membuat kebun percontohan dengan memanfaatkan lahan di kampus Kamal; membersihkan dan menata walang, paparisa, baileo; mengikuti ibadah minggu, unit, SP/TPI dan lain-lain ibadah jemaat sesuai jadwal ibadah di jemaat Kamal.
Semua bentuk dan isi Pengorganisasian Kegiatan LSPM di Kamal dibicarakan dan dilaksanakan oleh Tim (secara bersama-sama dengan melibatkan mahasiswa LSPB juga); kegiatan harian dipercayakan untuk diorganisir oleh mahasiswa, baik dalam bentuk kelompok kerja, maupun oleh beberapa mahasiswa yang diberi tugas memimpin; mengorganisir kegiatan LSPB setidaknya memperhatikan aspek disiplin diri, disiplin waktu, kebersihan walang, kemampuan mengadaptasi diri dengan lingkungan pelatihan, prakarsa, interaksi sosial, dsb.; mengorganisasikan kegiatan LSPB dengan memperhatikan cara hidup berjemaat dan bermasyarakat dengan cara simulasi.
4.4 Seminar
Praksis hidup berteologi mahasiswa dilakukan dalam bentuk seminar di kampus Fakultas Teologi UKIM di Ambon, dua minggu sekembali dari Kamal, atau paling lambat sebelum akhir semester. Melalui seminar diharapkan mahasiswa dapat memaknai spiritualitas pengabdian dan pelayanan secara teologis kontekstual berupa: mempresentasikan atau mengungkapkan apa yang dialami selama hidup bersama jemaat mitra; memberikan sumbangan pemikiran yang kreatif kepada klasis, jemaat atau desa mitra; mengungkapkan hasil pengamatan oleh mentor-mentor jemaat/desa (sebaiknya tidak diwakilkan); menemukan masalah aktual yang akan dikembangkan secara ilmiah teologis dalam bentuk skripsi.
4.5 Laporan dan Evaluasi
Setiap selesai suatu aktivitas LSPB, laporannya disampaikan oleh Tim LSPB dalam rapat dosen Fakutlas Teologi UKIM. Pada kesempatan itu dilakukan evaluasi terhadap seluruh proses berteologi untuk dijadikan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar-mengajar, entah di ruang kelas, entah di jemaat mitra atau di Kamal.
- Learning by doing
- Latihan
- Aksi-refleksi-aksi
- Meditasi
- Sharing
- Partisipatoris
- Praktik lapangan
- Simulasi
- Praksis hidup berteologi di jemaat mitra
- Seminar
- SUPERVISI
Academical
- Mengembangkan nalar, berpikir konsep, berpikir kritis
- Mengenal, mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memecahkan masalah
- Membaca, menulis dan bicara
- Menulis dan membuat laporan
- Pastoralia dan advokasi
- Terlibat dalam kegiatan ibadah dan memimpin ibadah
- Meditasi dengan metode meditasi kreatif
- Membuat khotbah dan berkhotbah (refleksi teologis)
- Pengenalan diri
- Pastoralia
- Kepemimpinan
- Hidup berjemaat/bermasyarakat
- Etika pelayan dan kepelayanan
- Latihan adaptasi hidup dengan realitas hidup jemaat/masyarakat
- Pembinaan dan pengembangan disiplin diri
- Pembinaan dan pengembangan prakarsa, sikap empati dan solidaritas
- Olah raga dan kerja rutin
- Latihan pengamatan dan membuat laporan pengamatan
- Latihan berorganisasi
- Latihan kepemimpinan
- Latihan melayani dalam keadaan darurat
- Latihan bernyanyi
- Latihan pemberdayaan jemaat
- Latihan mengelola keuangan
- Latihan studi kasus
- Latihan praktik hidup berjemaat
- Latihan hidup berdisiplin dan bertanggungjawab
- Olah raga dan kerja rutin atau kerja lapangan
- Latihan analsisis sosial
- Latihan analisis antropologis (Adat-istiadat, Kepercayaan [roh, kebatinan, dsb.], pandangan tradisional kelompok, krisis identitas budaya, status sebagai minoritas budaya, benturan nilai)
- Latihan analisis fisik (pangan, papan/lingkungan fisik, sandang, olah raga/latihan fisik, istirahat, keadaan umum/keutuhan tubuh, pelayanan medis, dll.)
- Latihan analisis psikologis (fungsi: pola pemikiran, emosi, motivasi, tingkah laku, gangguan psikis; kasih sayang, harga diri, seksualitas, identitas, pengalaman trauma, penyakit psikosomatis)
- Latihan analisis spiritual (iman, pemeliharaan, rasa syukur, penyesalan, persekutuan, keyakinan pada kuasa spiritual, panggilan hidup)
- Latihan analisis teologis (konsep Allah Bapa, Kristologi, Pneumatologi, Antropologi, Eklesiologi, Soteriologi, Eskatologi)
- Latihan refleksi teologis secara kontekstual
PENUTUP
Hal-hal lain dan atau kegiatan yang belum diatur dalam program ini akan dilakukan sesuai kebutuhan. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi pembentukan diri mahasiswa sebagai calon pelayan dalam gereja dan masyarakat pada masa yang sedang datang.
Ambon, 5 Maret 2012
____________
Geen opmerkingen:
Een reactie posten